$(docum

IKATAN PERSAUDARAAN PENGAJAR BIMBEL

ORANG HEBAT BISA MELAHIRKAN BEBERAPA KARYA BERMUTU, TAPI GURU BERMUTU BISA MELAHIRKAN RIBUAN ORANG HEBAT

IKATAN PERSAUDARAAN PENGAJAR BIMBEL

ORANG HEBAT BISA MELAHIRKAN BEBERAPA KARYA BERMUTU, TAPI GURU BERMUTU BISA MELAHIRKAN RIBUAN ORANG HEBAT

IKATAN PERSAUDARAAN PENGAJAR BIMBEL

ORANG HEBAT BISA MELAHIRKAN BEBERAPA KARYA BERMUTU, TAPI GURU BERMUTU BISA MELAHIRKAN RIBUAN ORANG HEBAT

IKATAN PERSAUDARAAN PENGAJAR BIMBEL

ORANG HEBAT BISA MELAHIRKAN BEBERAPA KARYA BERMUTU, TAPI GURU BERMUTU BISA MELAHIRKAN RIBUAN ORANG HEBAT

IKATAN PERSAUDARAAN PENGAJAR BIMBEL

ORANG HEBAT BISA MELAHIRKAN BEBERAPA KARYA BERMUTU, TAPI GURU BERMUTU BISA MELAHIRKAN RIBUAN ORANG HEBAT

Tampilkan postingan dengan label Pendidikan Dan Keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan Dan Keluarga. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Januari 2016

Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala!

Jangan Meletakkan Bola Dunia di Atas Kepala!


BEBERAPA orang merasa bahwa diri mereka terlibat dalam perang dunia, padahal mereka sedang berada di atas tempat tidur. Tatkala perang itu usai, yang mereka peroleb adalah luka di pencernaan mereka, tekanan darah ringgi dan penyakit aula. Mereka selalu merasa terlibat dengan semua peristiwa. Mereka marah dengan naiknya harga-harga, gusar karena hujan tak segera turun, dan kalang kabut tak karuan karena turunnya nilai mata uang. Mereka selalu berada dalam kegelisahan dan kesedihan yang tak berkesudahan.
“Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka,” QS. Al-Munafiqun: 4)
Nasehat saya untuk Anda: jangan meletakkan bola dunia di atas kepala. Biarkan semua peristiwa itu terjadi, dan jangan disimpan di dalam usus. Orang yang memiliki hati seperti bunga karang akan menyerap semua isu dan kasak-kusuk, termakan oleh masalah-masalah kecil, dan mudah terguncang karena peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hati seperti ini sangat potensial menjadi awal kehancuran.
Mereka yang berpegang pada prinsip yang benar akan senantiasa bertambah keimanannya dengan nasehat-nasehat dan ‘Ibrah’. Sedangkan mereka yang berpegang pada prinsip yang lemah akan semakin takut terhadap keguncangan. Di hadapan segala bencana dan musibah, hal yang paling berguna adalah hati yang berani. Seorang pemberani memiliki sikap yang teguh dan emosi yang terkendali, keyakinan yang menancap tajam, syaraf yang dingin dan hati yang lapang. Sedangkan seorang pengecut justru akan membunuh dirinya sendiri berulang kali, setiap hari, dengan pedang khayalan, ramalan, kabar yang tak jelas, dan kasak-kusuk. Jika Anda menginginkan sebuah kehidupan yang berlandasan kuat, maka hadapilah semua permasalahan dengan keberanian dan ketabahan. Jangan terlalu mudah digoyang oleh mereka yang tidak memiliki keyakinan. Jangan merasa terjepit oleh semua tipu daya mereka. Jadilah orang yang lebih kuat dari peristiwa itu sendiri, lebih kencang dari angin puyuh, dan lebih kuat dari angin topan. Sungguh kasihan mereka yang memiliki hati yang lemah, betapa hari-hari selalu mengguncang dirinya.
“Dan, sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia),” (QS. Al-Baqarah: 96)
Sedangkan orang-orang yang memiliki hati yang kuat akan senantiasa mendapatkan pertolongan dari Allah dan senantiasa yakin dengan janji-Nya.
“Lalu, menurunkan ketenangan atas mereka,” (QS. Al-Fath: 18).[]
Referensi: E-book La Tahazan Jangan Bersedih!/DR. ‘Aidh al-Qarni/Qisthi Press

Hindari Amal yang Membakar Kebaikan


Hindari Amal yang Membakar Kebaikan



api



PADA dasarnya Allah SWT menciptakan manusia itu dalam keadaan suci, bersih. Yang membuatnya menjadi kotor dan terhina itu adalah pengaruh keluarga dan lingkungan sekitarnya, yang membentuk karakter dirinya. Untuk itu, peran keluarga dan lingkungan perlu diperhatikan. Usahakan dari sejak dini kita harus bisa mengarahkan anak pada hal-hal yang baik dan menempakannya pada lingkungan yang baik pula.
Namun, terkadang amal-amal baik yang kita perbuat, akibat ketidak singkronan lingkungan kita jadi memiliki dua sikap yang saling bertolak belakang. Seperti halnya keluarga sudah memberikan ilmu agama yang sangat baik, sedangkan teman-teman menjeremuskannya pada perbuatan yang tidak baik. Sehingga, banyak dari kita yang tetap menjalankan shalat tapi maksiat pun tetap dilakukan.
Hal-hal yang membuat susu sebelanga rusak karena nilai setitik. Sudah shalat buka aurat, janji taubat maksiat lagi, beramal tetapi dengan niat untuk dipuji, pulang haji tapi masih berbuat zalim, sudah menikah masih berzina. Tekun ibadah tapi durhaka pada orang tua. Sekian lama berumah tangga akhirnya keluar kalimat, “Aku menyesal nikah denganmu.” Sungguh habis sudah semua kebaikannya.
Itulah perbuatan-perbuatan yang sepertinya menjadi hal sepele. Kita beranggapan bahwa Allah SWT pastilah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan senantiasa mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Akan tetapi, jika terus menerus kita melakukan maksiat kepada Allah, apakah akan menjamin ketika kematian tiba kita dalam keadaan telah bertaubat kembali kepada Allah?
Pikirkanlah dengan hati yang teduh. Renungkan dengan kesungguhan hati. Jangan sampai amal baik kita terbakar karena amal-amal yang tidak baik. []
Referensi: Romant Islam Serpihan Kata Berhikmah bagi Pendamba Keluarga Sakinah/Karya: Muhammad Arifin Ilham/Penerbit: Haqiena Media

Utamakan Kebenaran daripada yang Lain (2-Habis)


Utamakan Kebenaran daripada yang Lain (2-Habis)


DAN bahwa setiap manusia akan berada dalam kerugian, kecuali orang yang sempurna kekuatan ilmunya dengan beriman kepada Allah dan sempurna kekuatan amaliahnya dengan melakukan ketaatan kepada-Nya. Dan ini adalah kesempurnaan yang ada pada dirinya.
Lalu dia menyempurnakan orang lain dengan menasihatkan hal tersebut kepada mereka, memerintahkan untuk menetapinya serta agar menguasai hal tersebut, yakni dengan kesabaran. Maka, dia menyempurnakan dirinya dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, dan menyempurnakan orang lain dengan mengajarkan hal tersebut kepada mereka serta menasihatkan kesabaran atasnya.
Imam Syafi’i Rahimahullah berkata, “Seandainya manusia memikirkan tentang surat wal ‘Ashri tentu sudah cukup buat mereka.”
Al-Qur’an banyak membicarakan masalah ini. Allah mengabarkan bahwa orang-orang yang bahagia adalah orang yang mengetahui kebenaran lalu mengikutinya, dan orang yang celaka adalah orang yang tidak mengetahui kebenaran serta tersesat daripadanya, atau dia mengetahui-nya tetapi ia menyelisihi dan mengikuti yang lain.
Dan wajib Anda ketahui, dua kekuatan ini tidak akan pernah berhenti dalam hati. Jika dia tidak menggunakan kekuatan ilmiahnya untuk mengetahui dan memahami kebenaran maka ia akan menggunakannya untuk mengetahui kebatilan. Jika dia tidak menggunakan kekuatan keinginan beramal untuk mengamalkan ketaatan maka dia akan menggu-nakan untuk yang sebaliknya.
Manusia itu adalah senantiasa berkeinginan (hammam) secara naluriah. Sampai-sampai Nabi Shallallahu Alaihi voa Sallam bersabda, “Sejujur-jujur nama adalah Harits (yang giat bekerja) dan Hamntam (yang berkeinginan kuat),” (HR Ibnu Wahab).
Al-Harits adalah orang yang bekerja dan membanting tulang, sedangkan Al-Hammam yaitu orang yang berkeinginan kuat. Setiap manusia selalu bergerak dengan keinginan, dan pergerakannya dengan keinginan itu merupakan sesuatu yang lazim ada dalam dirinya.
Dan keinginan itu mengharuskan adanya gambaran jelas tentang sesuatu yang diinginkannya, juga keistimewaan-keistimewaannya menurut dirinya. Jika yang tergambar, yang dicari dan yang diinginkannya itu bukan suatu kebenaran maka yang tergambar, yang dicari dan yang diinginkannya pasti akan berupa kebatilan. [dry/islampos] HABIS

Bagaimana Menjadi Guru yang Baik?



Bagaimana Menjadi Guru yang Baik?


Foto: everydayfemi.com

PAHLAWAN tanpa tanda jasa, adalah sebutan bagi mereka yang rela dan ikhlas mengabdikan diri untuk membina, membimbing para peserta didik. Biasanya, sebutan tersebut lebih kental kepada guru. Karena perjuangan dan kegigihannya, guru mendapat sebutan istimewa. Jasa yang dibawa oleh guru sangatlah besar. Peserta didik tidaklah mampu melakukan apa-apa, takkan sukses tanpa adanya mereka.
Guru berkontribusi besar dalam merubah dan mencerdaskan  peserta didik. Guru bagaikan icon dalam dunia pendidikan. Maka, dengan hal itu, guru wajib mempunyai intelektual tinggi. Tidak hanya sekedar intelektual semata, akan tetapi kecerdasan emosional dan spiritual pun harus tumbuh dalam jiwa seorang guru. Jika unsur itu saja tidak ada, jangan harap peserta didik sukses untuk kedepan.
Berbicara guru pastinya tidak terlepas dari mengajar, mentranformasikan keilmuwan serta bersentuhan langsung dengan murid. Mengajar tentunya tidak semudah membalikan kedua telapak tangan. Dibutuhkan keahlian dan keterampilan khusus. Menurut George Picket dan John J Hanlon mengatakan, mengajar merupakan sebuah profesi dan keterampilan. Tidak semua orang cocok untuk tantangan seperti itu berdasarkan temperamen, pelatihan, maupun pengalamannya.(George Picket & John J Hanlon)
Kurang pas rasanya, jika guru tidak pernah melakukan kegiatan mengajar, apalagi sampai tidak mengenali murid-muridnya sendiri. Hal ini menggambarkan bahwa guru tersebut tidak pernah menunjukan keseriusan dalam mengajar, sehingga tidak ada rasa cinta, rasa memiliki dan tanggungjawab terhadap murid-muridnya.
Lalu apa saja pekerjaan seorang guru?
Bukan watak seorang pendidik, jika pendidik itu tidak pernah terjun dan memberikan ilmu untuk muridnya. Karena itu sudah menjadi tanggung jawab mereka. Guru mempunyai tugas untuk mendidik, melatih dan mengajar. Sungguh ironis, bila jabatan guru tidak bisa dilaksanakan dengan amanah. Guru tidak bisa konsisten, tidak bisa bersikap adil dan tidak mampu menampilkan sikap profesionalnya kepada para murid. Maka, seharusnya ini menjadi sorotan dan renungan bagi kita. Betapa penting guru profesional untuk menunjang para peserta didik kedepan.
Istilah profesional sering diartikan kedalam bentuk strata, status atau keahlian seseorang di bidang tertentu. Orang yang profesional akan terlihat dari segi keterampilan dan teknis yang ia miliki. Berbeda dengan yang tidak profesional (tidak kompeten). Contohnya, seorang guru dikatakan profesional apabila guru itu mempunyai kualitas mengajar yang baik. Profesional memiliki makna ahli (ekspert)tanggung jawab (responsibility). Baik tanggungjawab intelektual maupun tanggungjawab moral dan memiliki rasa kesejawatan.( Sahertian, 1994 : 29-36).
Tanggungjawab guru sangatlah besar. Guru mesti mampu merubah peserta didik ke arah yang lebih baik. Berkomitmen mencetak para pelajar untuk generasi penerus kedepan terutama dalam pembentukan akhlak yang baik. Akhlak mulia yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Berdasarkan UUD 1945 tentang pendidikan yang tertuang dalam UU No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia  yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif dan mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.(UUD 1945 No 20 Th 2003)
Oleh sebab itu, hal diatas bukan hanya cerminan saja, namun bagaimana caranya guru mampu mengimplementasikan itu semua.  Sesuai dengan yang digariskan dalam UUD 1945 diatas.
Setiap aktifitas dan sikap seorang guru harus memberikan contoh bagi yang lainnya. Jangan sampai guru berperilaku jelek yang mampu mencoreng profesinya sendiri.. Guru wajib memberi tuntunan bagi muridnya. Tuntunan yang diberikannya dengan rasa ikhlas dan penuh kasih sayang. Bukan malah gurunya sendiri berperilaku buruk, sehingga membunuh nama baiknya.
Perlu diingat oleh setiap guru-guru. Dalam setiap perbuatan mu, murid akan melihat. Dalam setiap  perkataanmu, murid akan mengingat. Bahkan tidak menutup kemungkinan, lambat laun, murid-murid pun meniru dari setiap kebiasaan gurunya. Mengikuti kebiasaan yang ditampilkan oleh seorang pendidik. Tidak menjadi permasalahan selama yang ditiru muridmu benar, tetapi,  jika muridmu berbalik melakukan kegiatan negatif, ini akan sangat berbahaya. Bisa saja melukai dan mencederai  nama pendidikan, sekaligus guru-gurunya sendiri. Tidak terbayangkan, mau seperti apa kedepan, apabila gurunya sendiri bergelut dalam kegiatan negatif, mencontohkan perilaku jelek yang berpotensi menghancurkan reputasi sendiri.
Guru adalah contoh, publik figur bagi para murid. Jika sikapnya mencerminkan kebaikan maka, murid pun akan mengikuti sikap guru itu. Namun, jika sikap negatif yang di perlihatkan, maka, efek kejelekanlah yang akan terbangun disana. Ada peribahasa mengatakan : “Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari”. Artinya jika guru melakukan kesalahan, maka murid akan melakukan hal yang lebih parah dari gurunya sendiri. Terlebih jika itu di sudutkan pada guru mata Pelajaran Agama Islam (PAI). Biasanya selalu menjadi bahan perbincangan bagi sebagian orang karena memang seorang guru PAI sudah semestinya mencontohkan perbuatan baik (alim).
Jangan sampai di cederai dengan sikap buruk pada dirinya sendiri. Akan tetapi, tidak terlihat adil jika itu hanya di mandatkan terhadap guru PAI saja. Pada hakikatnya setiap guru mempunyai beban yang sama, yaitu untuk membentuk akhlak peserta didik.
Dalam Al-qur’an Allah SWT menerangkan bahwa. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (Qs. An-Nahl : 90)
Memaknai dari ayat Al-qur’an tersebut, sesungguhnya Allah telah memerintahkan kita berbuat adil, menjauhi perbuatan jelek dan keji. Dan dia memberikan pengajaran agar kita mampu mengambil hikmah dalam pelajaran tersebut.
Maka, guru pun haruslah berperilaku baik. Bisa memberikan contoh teladan. Sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Tidak semena-mena dalam berbuat. Karena guru selalu di lihat.  Jangan sampai guru melakukan kekeliruan, melakukan kesalahan dalam sikap dan perkataan.
Manusia adalah tempat salah dan lupa (al insaanu mahallul khoto). Manusia tidaklah sempurna, pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sama halnya dengan guru. Guru tidak mungkin terlihat sempurna. Pasti ada saja kekurangan dalam diri mereka. namun, guru mesti bisa menutupi itu semua. Guru harus pandai mengolah potensinya. Guru harus terlihat cerdas, cakap, berwibawa serta unggul dalam segala bidang.
Hendaknya guru kompeten dalam mendidik murid-muridnya. Guru mesti memberi pemahaman yang jelas kepada murid-murid. Jangan membuat murid bingung dan keliru. Karena ini dampaknya sangat signifikan. Jika guru salah dan keliru dalam memberi pehaman serta mencontohkan maka, murid tersebut akan seterusnya mengikuti apa yang pernah diajarkan oleh guru itu. Dan itu akan melekat, menjadi karakter atau kebiasaan dalam kehidupannya. Ini sangatlah berbahaya. Untuk itu, jangan sampai guru keliru, karena engkau selalu ditiru.
Terkadang hal ini sering dilupakan oleh guru. Guru tidak sadar dengan kekeliruan yang pernah dilakukannya. Maka, sebagai guru kita mesti berintropeksi diri. Melihat pada sikap kita. Apakah kita sudah benar atau salah dalam memberikan contoh dan pemahaman kepada murid? Jika hal itu belum dilakukan, saya kira hari ini guru wajib merenungkan untuk merubah itu semua. Karena nasib murid kedepan ada di tangan guru yang peduli akan perubahan.

Amalan yang Pahalanya Terus Mengalir Setelah Kematian (3/3)



Amalan yang Pahalanya Terus Mengalir Setelah Kematian (3/3)



pancuran bambu
 Amalan yang dijanjikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya adalah sebagai berikut:
Kelima, membangun masjid.
Masjid adalah tempat yang paling dicintai Allah.
Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا
“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim 1560)
Karena di masjid, nama Allah diagungkan dan ditinggikan. Tempat ditegakkan shalat, ayat-ayat al-Quran dibacakan, ilmu agama disebarkan, umat Islam berkumpul, untuk maslahat agung lainnya. Allah memuji masjid dalam al-Quran,
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.” (QS. an-Nur: 36).
Karena itu, orang yang membangun masjid, dia akan memperoleh pahala dari setiap aktivitas kebaikan yang dilakukan di masjid tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang membangun sebuah masjid karena mengharap wajah Allah, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Keenam, menghadiahkan mushaf al-Quran
Menghadiahkan al-Quran berarti memberi fasilitas orang lain untuk bisa mendapatkan pahala sebanyak huruf yang dibaca dalam al-Quran. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
Siapa yang membaca satu huruf dalam al-Quran maka dia mendapatkan satu pahala. Dan satu pahala dilipatkan 10 kali. (HR. Turmudzi 3158).
Terutama ketika hadiah al-Quran itu tepat sasaran. Benar-benar diberikan kepada mereka yang rajin membaca al-Quran atau mereka yang menghafalkan al-Quran. Sangat disayangkan, jika al-Quran yang kita berikan itu salah sasaran. Diterima oleh mereka yang jarang membaca al-Quran, kecuali di bulan ramadhan.
Ketujuh, anak soleh
Anak soleh, harta yang paling tidak ternilai.
Ketika orang tua mendidik anaknya, maka dia akan mendapatkan pahala dari amal sholeh yang dilakukan anaknya. Karena setiap orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain, dia akan mendapatkan pahala selama orang itu mengamalkan ilmunya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَاإِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Siapa yang mengajak ke jalan petunjuk, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya siapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HR. Muslim 2674).
Sehingga tidak semua orang tua mendapatkan pahala dari amal anaknya. Kecuali jika orang tua yang mengajarkan kebaikan atau mengarahkan anak itu untuk belajar kebaikan.
Syaikhul Islam mengatakan,
النبي صلى الله عليه وسلم لم يجعل للأب مثل عمل جميع ابنه ، ولا نعلم دليلا على ذلك ، وإنماجعل ما يدعوه الابن له من عمله الذي لا ينقطع
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menjadikan pahala untuk bapak sama dengan pahala amal anaknya. Kami tidak mengetahui adanya dalil tentang itu. Namun beliau jadikan ajakan kebaikan kepada anaknya, bagian dari amal orang tuanya, yang tidak akan terputus. (Jami’ul Masail Ibnu Taimiyah, 4/266).
Selain beberapa amalan yang di atas, masih ada amalan lainnya yang pahalanya tetap mengalir ketika pelakunya sudah meninggal. Amalan tersebut adalah berjihad di jalan Allah, menghadang musuh dan melindungi kaum muslimin.
Dari Salman al-Farisi radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِرِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ
“Berjaga di daerah perbatasan sehari semalam, lebih baik dari pada puasa dan tahajud selama satu bulan. Apabila ia wafat dalam perang tersebut, pahala dari amalnya ini tetap mengalir, demikian juga rezekinya, dan dia aman dari fitnah.” (HR. Muslim 5047).
Demikianlah amalan-amalan yang dijanjikan Rasulullah dapat mengalirkan pahala seseorang bahkan setelah kematian. Semoga kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan kita.
Allahu a’lam

Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir Setelah Kematian (1/3)





Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir Setelah Kematian (1/3)
























 Siapa yang tidak ingin memiliki amalan yang terus mengalirkan pahala padahal kita sudah tidak lagi hidup di dunia. Dengan pahala yang mengalir itu tentunya akan menjadi pemberat kebaikan di hari penghisaban kelak. Apa saja amalan tersebut? Berikut pembahasan yang ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits dalam konsultasisyariah.

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Allah tidak hanya mencatat amal perbuatan yang kita lakukan, namun Allah juga mencatat semua pengaruh dari perilaku dan perbuatan kita. Allah berfirman,
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآَثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami yang menghidupkan orang mati, Kami catat semua yang telah mereka lakukan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan semuanya kami kumpulkan dalam kitab (catatan amal) yang nyata.” (QS. Yasin: 12)
Al-Hafidz Ibnu Katsir menyebutkan dua tafsir ulama tentang makna kalimat, ‘bekas-bekas yang mereka tinggalkan
Pertama, Jejak kaki mereka ketika melangkah menuju ketaatan atau maksiat
Ini merupakan pendapat Mujahid dan Qatadah sebagaimana yang iriwayatkan oleh Ibnu Abi Najih.
Diantara dalil yang menguatkan pendapat ini adalah hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ada Bani Salamah ingin berpindah membuat perkampungan yang dekat dengan masjid nabawi. Karena mereka terlalu jauh jika harus berangkat shalat jamaah setiap hari ke masjid nabawi. Ketika informasi ini sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,
يَا بَنِى سَلِمَةَ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ
Wahai Bani Salamah, perjalanan dari rumah kalian ke masjid akan dicatat jejak-jejak kali kalian. (HR. Muslim 1551, dan Ahmad 14940)
Kedua, Pengaruh dari amal yang kita kerjakan
Artinya, Allah mencatat bentuk amal yang mereka kerjakan dan pengaruh dari amal itu. Jika baik, maka dicatat sebagai kebaikan. Dan jika buruk dicatat sebagai keburukan.
Ini seperti yang disebutkan dalam hadis dari sahabat Jarir bin Abdillah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْأُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَبِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
“Siapa yang menghidupkan sunnah yang baik dalam Islam, kemudian diikuti oleh orang lain setelahnya maka dicatat untuknya mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Siapa yang menghidupkan tradisi yang jelek di tengah kaum muslimin, kemudian diikuti oleh orang lain setelahnya, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim 2398, Ahmad 19674, dan yang lainnya)
Ayat di atas selayaknya memberikan motivasi bagi kita untuk semangat dalam menyebarkan kebaikan serta merasa takut ketika melakukan perbuatan yang mengundang orang lain untuk bermaksiat.
Amal Yang Tidak Terputus Pahalanya
Para penghuni kubur tergadai di kuburan mereka, terputus dari amalan shaleh, dan menunggu hari hisab yang tidak diketahui hasilnya. Mereka berada dalam kesepian, hanya ditemani amalnya ketika di dunia.
Dalam suasana demikian, ada beberapa orang yang kebaikannya terus mengalir.
Jasad mereka bersemayam dengan tenang di alam kubur, namun balasan pahala mereka tidak berhenti. Pahala mereka terus berdatangan, padahal mereka terdiam dalam kuburnya, menunggu datangnya kiamat. Sungguh masa pensiun yang sangat indah, yang tidak bisa terbeli dengan dunia seisinya.
Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَبْعٌ يَجْرِيْ لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا ، أَوْ أَجْرَى نَهْرًا ، أَوْ حَفَرَ بِئْرًا ،أَوَ غَرَسَ نَخْلًا ، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا ، أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا ، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ
“Ada tujuh amalan yang pahalanya tetap mengalir untuk seorang hamba setelah dia meninggal, padahal dia berada di dalam kuburnya: (1) orang yang mengajarkan ilmu agama, (2) orang yang mengalirkan sungai (yang mati) (3) orang yang membuat sumur, (4) orang yang menanam kurma, (5) orang yang membangun masjid, (6) orang yang memberi mushaf al-Quran, dan (7) orang yang meninggalkan seorang anak yang senantiasa memohonkan ampun untuknya setelah dia wafat.” (HR. al-Bazzar dalam Musnadnya 7289, al-Baihaqi dalam Syuabul Iman 3449, dan yang lainnya. Al-Albani menilai hadis ini hasan).
Sudah saatnya kita bersemangat menanam investasi pahala selama masih di dunia. Karena masa hidup di dunia  adalah kesempatan yang Allah jadikan tempat beramal. Untuk masa yang leih abadi di setelah wafat.
Kita akan melihat lebihi dekat 7 amal yang dijanjikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di pembahasan berikutnya.
Allahu a’lam.
Bersambung…

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...