Minggu, 17 Januari 2016
Efek Susu Formula pada Kecerdasan
Efek Susu Formula pada Kecerdasan
Seorang ibu muda tengah gelisah. Ia memiliki bayi berusia 1 bulan, kawan-kawannya menyarankan agar ia memberikan ASI eksklusif pada bayinya selama 6 bulan pertama. Ia seorang ibu bekerja, sehingga harus menitipkan sang bayi pada ibu mertuanya. Yang membuat ibu ini gelisah adalah nenek sang bayi berpendapat agar cucunya harus diberikan tambahan susu formula lantaran khawatir cucu beliau kurang nutrisi. Menurut beliau lagi, sang cucu kelak harus hidup dalam persaingan ketat sehingga dari dini harus diberi tambahan zat-zat yang mencerdaskan otak. Benarkah asumsi sang nenek tersebut?
Dalam lansiran Suara-Islam.com, Dr. Erma Pawitasari, M. Ed, memberikan penjelasan yang membantah asumsi ini. Beliau membeberkan sejumlah penelitian ilmiah yang mengatakan bahwa nutrisi susu formula tidak dapat terserap sebagaimana nutrisi ASI terserap dalam tubuh bayi. Berikut ulasan lengkapnya;
Asumsi bahwa susu formula mengandung zat-zat yang tidak dimiliki ASI dan mampu mencerdaskan bayi merupakan kekeliruan terbesar dalam dunia pendidikan usia dini. Para ilmuwan secara aklamasi mengakui keunggulan ASI dibandingkan susu formula. Tidak ada satupun pendapat ilmiah yang mengatakan sebaliknya. Organisasi internasional seperti WHO bahkan mengeluarkan panduan pemberian susu formula. Hal ini disebabkan cara penyajian susu formula yang salah dapat membahayakan bayi. Dikatakan:
Susu bubuk formula telah lama dikaitkan dengan penyakit serius dan kematian pada bayi karena adanya infeksi bakteri Enterobacter sakazakii. Produksi susu formula memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri berbahaya, seperti Enterobacter sakazakii dan Salmonella enterica. Mesin produksi yang ada tidak mampu membuat susu yang steril. Penyiapan susu (oleh para ibu) secara kurang berhati-hati dapat memperparah masalah ini. [Lihat dokumen Safe preparation, storage and handling of powdered infant formula Guidelines, WHO 2007]
Problema infeksi bakteri dalam susu formula terselesaikan dengan ASI. ASI berpindah dari sumber ke tujuan tanpa perantara apapun. Selama ibu menjaga kebersihan payudaranya, maka ASI terjamin steril, segar, hangat, dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan (dikecualikan bagi ibu penderita penyakit tertentu, yang ASInya dinyatakan dokter mengandung bakteri akibat penyakit yang dideritanya).
Di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat kurang berpendidikan, justru muncul persepsi bahwa susu formula lebih keren dan lebih mencerdaskan otak bayi. Hal ini dikarenakan banyaknya iklan susu formula yang menyesatkan. Di negara maju, masyarakat sudah lebih menyadari keunggulan ASI, namun masih menganggap susu formula sebagai pilihan baik. Alison Stuebe, seorang dokter sekaligus peneliti sains, secara tegas menolak anggapan ini. Melalui artikel ilmiah berjudul The Risks of Not Breastfeeding for Mothers and Infants (Bahaya Tidak Menyusui Bagi Ibu dan Bayi), Stuebe menjabarkan bahwa bayi yang tidak mendapatkan ASI dapat terjangkiti masalah kesehatan yang cukup fatal, seperti: meningkatkan resiko infeksi berbahaya seperti infeksi telinga, infeksi perut, dan pneumonia (infeksi paru-paru), resiko obesitas, diabetes tipe 1 dan 2, leukemia, serta SIDS (sindrom kematian bayi secara tiba-tiba). Stuebe juga menunjukkan hubungan erat antara ASI dengan kecerdasan anak. Bagi sang ibu, pemberian ASI dapat mengurangi resiko kanker payudara, kanker rahim, obesitas, diabetes tipe 2, serta sindrom pencernaan. [Lihat Alison Stuebe, The Risks of Not Breastfeeding for Mothers and Infants, Rev Obstet Gynecol, 2009 Fall; 2(4): 222-231.]
Produsen susu formula berusaha meniru kandungan ASI dengan cara menambahkan protein-protein yang berfungsi meningkatkan kecerdasan otak bayi, seperti DHA, AA, Omega 3 dan Omega 6. Yang tidak masyarakat ketahui adalah zat-zat tersebut hanya dapat diserap secara maksimal oleh tubuh bila dibantu oleh enzim-enzim yang hanya dimiliki oleh ASI. Susu formula tidak memiliki enzim-enzim tersebut. ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi, yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Perbandingan Whey dan Casein dalam susu formula adalah 20:80, sehingga tidak mudah diserap. [Lihat Buku Panduan Manajemen Laktasi: Dit. Gizi Masyarakat-Depkes RI, 2001] Dengan demikian, protein-protein mencerdaskan dalam susu formula menjadi mubazir. Padahal protein-protein itulah yang digunakan sebagai senjata penjualan susu formula dengan harga yang luar biasa mahal. Berita baiknya, seluruh protein tersebut sudah terkandung dalam ASI secara alami dan gratis.
Demikianlah perbandingan nutrisi ASI vs susu formula, serta bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh susu formula. Selain dari sisi nutrisi, pemberian ASI juga berhubungan erat dengan pembentukan karakter anak. Penjelasan ini insya Allah akan saya lanjutkan pada edisi berikutnya.
Sumber: Suara-Islam.com
0 komentar:
Posting Komentar